Jakarta, 12 November 2025 — Peringatan Hari Ayah Nasional tahun ini menjadi lebih bermakna bagi bangsa Indonesia yang kini dipimpin oleh Presiden Prabowo Subianto. Di tengah tantangan global yang semakin kompleks, mulai dari krisis pangan dan energi, perubahan iklim, hingga ketimpangan ekonomi, sosok Prabowo hadir bukan hanya sebagai kepala negara, tetapi sebagai figur Bapak Bangsa yang memberi arah, rasa aman, dan keyakinan bahwa masa depan Indonesia bukan sekadar mimpi, melainkan jalan yang kini mulai terbuka.
Ketua Harian Pengurus Pusat Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (PP KAMMI), Fathiyakan Abdullah, menilai bahwa nilai-nilai keayahan yang tercermin dalam kepemimpinan Prabowo Subianto menjadikan beliau lebih dari sekadar simbol politik. Ia adalah pemimpin yang memahami hakikat pengabdian, mencintai bangsa dengan keberanian, bukan sekadar dengan kata-kata.
“Hari Ayah Nasional mengingatkan kita bahwa pemimpin sejati adalah mereka yang menanggung, bukan yang menuntut. Dalam diri Prabowo Subianto, kita melihat figur ayah bangsa yang mencintai rakyatnya dengan kerja nyata, bukan dengan janji,” ujar Fathiyakan di Jakarta, Rabu (12/11).
Selama satu tahun pemerintahannya, sejumlah langkah konkret telah memperlihatkan arah baru bagi Indonesia. Kebijakan strategis seperti reformasi sektor pertahanan, penguatan ketahanan pangan nasional melalui desa produktif dan lumbung pangan terpadu, serta program makan siang gratis bagi pelajar menjadi bentuk nyata dari kepemimpinan yang berorientasi pada keberlanjutan dan pemerataan kesejahteraan.
“Prabowo bukan hanya memberi harapan, tetapi menyiapkan jalan bagi terwujudnya Indonesia Emas 2045. Kita tidak lagi bicara visi di atas kertas, tetapi arah yang mulai tampak di lapangan, ekonomi yang menguat, diplomasi yang berdaulat, dan rakyat yang mulai merasakan hasilnya,” lanjut Fathiyakan.
Dalam kancah global, Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo tampil lebih tegas dan dihormati. Kunjungan kenegaraan ke Rusia, China, dan Australia dalam kurun waktu singkat menunjukkan posisi Indonesia yang tidak lagi hanya menjadi “penonton”, tetapi pemain aktif yang menjembatani kekuatan global Utara dan Selatan.
“Itulah figur ayah bangsa, ia tahu kapan harus bicara lembut, dan kapan harus berdiri tegak. Dunia kini menatap Indonesia dengan rasa hormat, bukan sekadar simpati,” tambahnya.
Fathiyakan juga menyoroti pentingnya figur Prabowo dalam menjaga stabilitas nasional di tengah perbedaan politik pasca pemilu. Ia memandang langkah-langkah Presiden yang merangkul lawan politik, memperkuat kabinet lintas partai, dan menegaskan semangat persatuan sebagai bukti kedewasaan politik yang menjadi teladan.
“Menjadi bapak bangsa berarti siap dicaci oleh generasinya demi mereka tak perlu menanggung penderitaan yang sama di masa depan. Prabowo memahami itu, dan ia menanggungnya dengan kepala tegak,” ujar Fathiyakan.
Dalam pandangan KAMMI, kepemimpinan Prabowo Subianto bukanlah era politik baru semata, tetapi era kedewasaan bangsa, ketika rakyat mulai belajar percaya kembali kepada pemimpinnya.
“Indonesia butuh sosok ayah yang menjaga arah di tengah badai sejarah, dan Prabowo hadir dengan tangan yang kokoh di kemudi bangsa. Inilah momentum menuju 2045, bukan sekadar slogan, tapi arah sejarah yang mulai menemukan jalannya,” tutupnya.




